Langsung ke konten utama

untitled 2 (bandengan 28 agustus)

Aku bergerak mundur,
Dengan sedikit goncangan lembut.
Dengan "harta" yang kuanggap perlu ku bawa.
Di tengah malam gelap kuterus menjauh
dengan kapal nahkoda hatiku.
Hanya dengan terang sang ayah malam,
aku semakin dingin.
Tanpa gemintang, biar aku pergi.
Dari kelu sepi ini menuju sesuatu
yang lebih hangat atau semakin dalam di kelam.
(Membiarkan kamu tetap di tempatmu,tempurungmu,
kebahagiaanmu)

Komentar

  1. jadi inget lagunya Padi:
    bukankah hidup ada perhentian,tak harus kencang terus berlari,,kuhelakan nafas panjang,,tuk siap berlari kembali..

    tolong diralat ejaan: 5engan "harta" yang kuanggap perlu ku bawa.

    BalasHapus
  2. hahah iya., kmrn pas posting ga baca lagi., makasi ya komen dan pemberitahuannya :)

    BalasHapus
  3. saya suka ini "(Membiarkan kamu tetap di tempatmu,tempurungmu,
    kebahagiaanmu)".. jadi penulis saja mbak, saya siap jadipembeli pertama bukunya.

    BalasHapus
  4. waw.. terima kasih..agak sinis ya tapi kata2nya..

    tapi saya tidak punya kepercayaan diri untuk menulis lebih lanjut sampai sekarang..hehe..

    BalasHapus
  5. iya sinis, tapi sedih. kekecewaan bgtu ya.


    loh knpa mbk? bagus loh tulisan2nya. pemilihan katanya itu loh, luardaribiasa. saya suka bacanya. dtunggu ya mbak postingan selanjutnya. udah februari, pasti banayk inspirasi. smangat menulis ya mbak. sy nunggu tulisan yg baru

    BalasHapus
  6. Saya terima titahnya.. Semoga bs menghasilkan tulisan lg yg bs km nikamti yaa.. :) terima kasih

    BalasHapus
  7. oh ya, smua yang ditulis ttg kgelisahan, ksedihan, kerinduan...... skali2 sy pengen baca tenteng luapan kebahagiaan mbak....

    tapi mmang sih, mnulis ttg yg sdih2 jiwanya lebih dapet ketimbang yg happy-happy.
    tp, over all... sya ska tlisannya

    BalasHapus
  8. wah,,sibuk TA nih ya??sampe nggak pernah update tulisan lagi..
    kalo stress bikin tugas kan biasanya keluar ide2 tulisan..hoho

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dimensi Kesadaran Manusia dan Waktu

Dimensi kesadaran manusia dan waktu Sebelum menyinggung dimensi kesadaran manusia, mari kita samakan persepsi makna dari WAKTU. Dimana memang tidak ada yang benar-benar mampu menelurusi, memahami dan memaparkan WAKTU. Waktu bagi saya adalah suatu linimasa yang terus dijejaki , berpacu maju dan hanya mampu di tapak tilas dalam batas awam. Dimensi kesadaran manusia memiliki lapisan yang tak dapat dihitung. Seberapa banyak lapisan dimensi yang dapat dirasakan tergantung dari setiap individunya. Namun pilot armada yang menerobos lapisan-lapisan dimensi kesaadaran dalam jagad raya diri saya tidak dapat saya identifikasi. Tidak saya kenali, pahami, apalgi untuk saya control. Saat di tengah riuh gurauan, rasanya tiba-tiba ada sebuah pesawat yang lepas landas dari Lapisan terdalam, melesat cepat menyembul diantara awan kesadaran lapisan teratas, masa realita. Seperti terbangun dari masa lalu dan berusaha mengenali keadaan sekitar. Berlalu beberapa detik kemudian melebur bersama pantulan-pantul

Badui

Ngak kebayang kalau ternyata pengalaman ke desa suku badui itu jadi pengalaman hidup yang sangat berharga dan keren banget.  Di tahun 2024 ini masih ketemu orang yang baru tau apa itu suku badui dan terpukau sama cerita ada desa suku badui di Banten.  Dimanaa... aku pernah ke desa suku Badui Luar dan bahkann.. menginap 1 malam di desa suku Badui Dalam saat SMA, di kira-kira tahun 2005.  Saat itu di SMA, acara study etnografi seperti itu bukan hal yang luar biasa, bersinggungan dengan alam juga bukan hal yang mewah. Kita berkumpul di pagi hari di sekolah dengan bawa tas ransel untuk persiapan menginap, di saat itu HP belum terlalu familiar walaupun HP dengan kamera sudah mulai banyak di jaman itu. Namun entah kenapa, ga ada memory tersisa pernah ambil foto saat trip tersebut.  Perjalanan dari sekolah sampai ke parkiran dekat Badui Luar terasa seperti perjalanan dari Jakarta ke luar kota terdekat yang sering dilakukan warga saat itu, seperti Jakarta ke Puncak, Jakarta ke Bogor, Jakarta k