Memang hidup itu pilihan
Memang pilihan yang kita pilih bukan takdir kita
Memang takdir tidak selalu membuat kita bahagia disaat kita menjalaninya
Sampai batas mana kemampuan jiwa manusia?
Adakah yang mampu mengukurnya, menghindari limitasinya?
Itu bagian krusial, saya rasa?
Limitasi ketahanan jiwa manusia apakah berkaitan dengan kerohaniannya?
Ternyata emosi yang di redam menguapkan tenaga
Ternyata kenyataan yang sulit diterima menguapkan emosi
Saat semua itu sudah menguap hanya air mata yang keluar tanpa tau untuk apa
Mungkin berhasil menampik dan tidak mengakui yang dirasakan
Tapi kita pasti tau betul ada yang tidak sehat di jiwa kita
Mungkin menurut mereka yang paham, kita perlu pertolongan
Tapi kita tidak pernah mengerti bagian mana dari diri kita yagn perlu di bantu
Dimensi kesadaran manusia dan waktu Sebelum menyinggung dimensi kesadaran manusia, mari kita samakan persepsi makna dari WAKTU. Dimana memang tidak ada yang benar-benar mampu menelurusi, memahami dan memaparkan WAKTU. Waktu bagi saya adalah suatu linimasa yang terus dijejaki , berpacu maju dan hanya mampu di tapak tilas dalam batas awam. Dimensi kesadaran manusia memiliki lapisan yang tak dapat dihitung. Seberapa banyak lapisan dimensi yang dapat dirasakan tergantung dari setiap individunya. Namun pilot armada yang menerobos lapisan-lapisan dimensi kesaadaran dalam jagad raya diri saya tidak dapat saya identifikasi. Tidak saya kenali, pahami, apalgi untuk saya control. Saat di tengah riuh gurauan, rasanya tiba-tiba ada sebuah pesawat yang lepas landas dari Lapisan terdalam, melesat cepat menyembul diantara awan kesadaran lapisan teratas, masa realita. Seperti terbangun dari masa lalu dan berusaha mengenali keadaan sekitar. Berlalu beberapa detik kemudian melebur bersama pantulan-pantul
Komentar
Posting Komentar