Memang hidup itu pilihan
Memang pilihan yang kita pilih bukan takdir kita
Memang takdir tidak selalu membuat kita bahagia disaat kita menjalaninya
Sampai batas mana kemampuan jiwa manusia?
Adakah yang mampu mengukurnya, menghindari limitasinya?
Itu bagian krusial, saya rasa?
Limitasi ketahanan jiwa manusia apakah berkaitan dengan kerohaniannya?
Ternyata emosi yang di redam menguapkan tenaga
Ternyata kenyataan yang sulit diterima menguapkan emosi
Saat semua itu sudah menguap hanya air mata yang keluar tanpa tau untuk apa
Mungkin berhasil menampik dan tidak mengakui yang dirasakan
Tapi kita pasti tau betul ada yang tidak sehat di jiwa kita
Mungkin menurut mereka yang paham, kita perlu pertolongan
Tapi kita tidak pernah mengerti bagian mana dari diri kita yagn perlu di bantu
Menerjang angin pasir.. Memaksa mata ini tak terantuk.. Merasakan lembab desiran angin yang terus menerpa.. Mencium bau yang begitu khas..disuguhkan dengan secangkir hangat kopi autentik..sejauh mata nemandang hanya gulungan partiker kecil melayang..coklat, bertimbunan membentuk gubah..terbingkai helai perhelai kain indah. Tempat seperti itu,suasana seperti itu yang mampu membawaku meninggalkan anganku..begitu besar keinginku itu..dengan mata terperangah di antara banyaknya kepala, dengan banyak batas putih mengelilingi batas untuk kepala2 ini..dengan angin dingin, tanpa bau yang nenyenangkan dan tanpa ada bingkai2 indah. Ak bisa merasakan itu, menikmati kenyamanan yang membawa anganku pergi melompati keinginanku di tempat itu..
Komentar
Posting Komentar