Langsung ke konten utama

Rough Traffic

Seakan anak kecil bercongkor di antar "kesadaran" dan jalan menuju gendang telingaku.
Melengkingkan bahasa yang tak terbaca angan, tak terbaca khalayak, hanya dalam khayal ak mampu untuk mengerti.

Ketika ku turunkan titah meredupakan seluruh ketegangan dalam batas kesadaran.
Smua dimensi dan dalam berbagai peran melesat, secepat peluh yang tertiup hawa dingin untuk menguap, tanpa tau kemananya .

Bertabrakan, menerobos, bertukar tempat, bercampur tanpa kaidah.merusak setiap partisi memori.

Betambah terus,entah kualitas,entah kuantitas, sampai lengkingan tanpa dunia tertelan oleh mereka.

Hanya ada pilihan, mengambang di ketulian yang hening, atau pecah dalam realita

Komentar

  1. dilema ya??
    apa sih istilah dari kesepian di tempat yang ramai??aku lupaa....

    BalasHapus
  2. pusing, njelimet,.
    apa ya ril namanya..
    ramainya itu beberapa lapisan dimensi di bawah kesadaran menuju tidurku. hehe

    BalasHapus
  3. paradoks!!!!!!

    yang komentarku pertama itu salah nulis..keramaian dalam kesepian..hehhehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dimensi Kesadaran Manusia dan Waktu

Dimensi kesadaran manusia dan waktu Sebelum menyinggung dimensi kesadaran manusia, mari kita samakan persepsi makna dari WAKTU. Dimana memang tidak ada yang benar-benar mampu menelurusi, memahami dan memaparkan WAKTU. Waktu bagi saya adalah suatu linimasa yang terus dijejaki , berpacu maju dan hanya mampu di tapak tilas dalam batas awam. Dimensi kesadaran manusia memiliki lapisan yang tak dapat dihitung. Seberapa banyak lapisan dimensi yang dapat dirasakan tergantung dari setiap individunya. Namun pilot armada yang menerobos lapisan-lapisan dimensi kesaadaran dalam jagad raya diri saya tidak dapat saya identifikasi. Tidak saya kenali, pahami, apalgi untuk saya control. Saat di tengah riuh gurauan, rasanya tiba-tiba ada sebuah pesawat yang lepas landas dari Lapisan terdalam, melesat cepat menyembul diantara awan kesadaran lapisan teratas, masa realita. Seperti terbangun dari masa lalu dan berusaha mengenali keadaan sekitar. Berlalu beberapa detik kemudian melebur bersama pantulan-pantul...

untitled 2 (bandengan 28 agustus)

Aku bergerak mundur, Dengan sedikit goncangan lembut. Dengan "harta" yang kuanggap perlu ku bawa. Di tengah malam gelap kuterus menjauh dengan kapal nahkoda hatiku. Hanya dengan terang sang ayah malam, aku semakin dingin. Tanpa gemintang, biar aku pergi. Dari kelu sepi ini menuju sesuatu yang lebih hangat atau semakin dalam di kelam. (Membiarkan kamu tetap di tempatmu,tempurungmu, kebahagiaanmu)