Langsung ke konten utama

Hi.. I come back.

 Tetiba inget punya blogspot ini. 

Dimana belakangan ini juga ingat punya pengalaman-pengalaman yang sepertinya ga bisa dirasain ulang, sayangnya ga ada dokumentasi yang bisa mempertahankan memori itu, walau katanya ada core memory, namun nyatanya semakin blury. 

Maka, coba kita gunakan kembali blogspot ini untuk menuangkan memory-memory lalu yang mulai memudar agar masih bisa dinikmati di masa tua, karena takut yang saat tua lupa apa yang pernah dijalani. Di saat hampir 35 tahun ini aja, bisa mengingat segelintir memory kocak, menawan, memukau aja bisa naikin mood and bikin happy. Jadi, kayakknya sih.. kalau ternyata di masa tua hidup makin boring, baca tulisan-tulisan ini bisa ngankat semangat.

Jadi, aku akan tulis apa yang ku ingat secara random dan tanpa alur tertentu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dimensi Kesadaran Manusia dan Waktu

Dimensi kesadaran manusia dan waktu Sebelum menyinggung dimensi kesadaran manusia, mari kita samakan persepsi makna dari WAKTU. Dimana memang tidak ada yang benar-benar mampu menelurusi, memahami dan memaparkan WAKTU. Waktu bagi saya adalah suatu linimasa yang terus dijejaki , berpacu maju dan hanya mampu di tapak tilas dalam batas awam. Dimensi kesadaran manusia memiliki lapisan yang tak dapat dihitung. Seberapa banyak lapisan dimensi yang dapat dirasakan tergantung dari setiap individunya. Namun pilot armada yang menerobos lapisan-lapisan dimensi kesaadaran dalam jagad raya diri saya tidak dapat saya identifikasi. Tidak saya kenali, pahami, apalgi untuk saya control. Saat di tengah riuh gurauan, rasanya tiba-tiba ada sebuah pesawat yang lepas landas dari Lapisan terdalam, melesat cepat menyembul diantara awan kesadaran lapisan teratas, masa realita. Seperti terbangun dari masa lalu dan berusaha mengenali keadaan sekitar. Berlalu beberapa detik kemudian melebur bersama pantulan-pantul...

untitled 2 (bandengan 28 agustus)

Aku bergerak mundur, Dengan sedikit goncangan lembut. Dengan "harta" yang kuanggap perlu ku bawa. Di tengah malam gelap kuterus menjauh dengan kapal nahkoda hatiku. Hanya dengan terang sang ayah malam, aku semakin dingin. Tanpa gemintang, biar aku pergi. Dari kelu sepi ini menuju sesuatu yang lebih hangat atau semakin dalam di kelam. (Membiarkan kamu tetap di tempatmu,tempurungmu, kebahagiaanmu)