Langsung ke konten utama

LETIH

Gontai di anatara kebisuan
Kebisuan untuk menentukan pijakan
Pijakan untuk melangkah maju
Dan meneruskan pilihan

Hidup penuh jerit pilu
Lainya diselubungi tawa liar
Memenuhi liang dengan kedurjanaan
Menimbun kelam dalam riang

Setiap bulan meneduhi
Saat mata mulai bersiap terpejam
Selalu mempunyai keyakinan
Akan ada yg lebih baik saat membuka mata, menjelang matahari baru di hari baru

Malam ini, saat ini,
Aku bersiap berlenggang si tengah alam angan
Mengatupkan mata..membuka senyum dengan keyakinan sang Maha Pemberkat sedang melihat wajahku
Percaya berkat baru dan yang terbaik menghujani dari mulai ku membuka mata kembali

Komentar

  1. ijin mo ngasi komeng
    jadii..
    IMHO(In My Humble Opinion)

    saya suka yg ini

    --Hidup penuh jerit pilu
    Lainya diselubungi tawa liar
    Memenuhi liang dengan kedurjanaan
    Menimbun kelam dalam riang--

    ini kaya rame tp sepi.kdg ak jg ngrasain.gelisah gmna gt..
    paradoks..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dimensi Kesadaran Manusia dan Waktu

Dimensi kesadaran manusia dan waktu Sebelum menyinggung dimensi kesadaran manusia, mari kita samakan persepsi makna dari WAKTU. Dimana memang tidak ada yang benar-benar mampu menelurusi, memahami dan memaparkan WAKTU. Waktu bagi saya adalah suatu linimasa yang terus dijejaki , berpacu maju dan hanya mampu di tapak tilas dalam batas awam. Dimensi kesadaran manusia memiliki lapisan yang tak dapat dihitung. Seberapa banyak lapisan dimensi yang dapat dirasakan tergantung dari setiap individunya. Namun pilot armada yang menerobos lapisan-lapisan dimensi kesaadaran dalam jagad raya diri saya tidak dapat saya identifikasi. Tidak saya kenali, pahami, apalgi untuk saya control. Saat di tengah riuh gurauan, rasanya tiba-tiba ada sebuah pesawat yang lepas landas dari Lapisan terdalam, melesat cepat menyembul diantara awan kesadaran lapisan teratas, masa realita. Seperti terbangun dari masa lalu dan berusaha mengenali keadaan sekitar. Berlalu beberapa detik kemudian melebur bersama pantulan-pantul...

untitled 2 (bandengan 28 agustus)

Aku bergerak mundur, Dengan sedikit goncangan lembut. Dengan "harta" yang kuanggap perlu ku bawa. Di tengah malam gelap kuterus menjauh dengan kapal nahkoda hatiku. Hanya dengan terang sang ayah malam, aku semakin dingin. Tanpa gemintang, biar aku pergi. Dari kelu sepi ini menuju sesuatu yang lebih hangat atau semakin dalam di kelam. (Membiarkan kamu tetap di tempatmu,tempurungmu, kebahagiaanmu)